MENGENAL IDEOLOGI DUNIA
A. LIBERALISME
Sesungguhnya liberalisme tidak
memiliki suatu teori yang koheren untuk menerangkannya. Liberalisme adalah kumpulan dan pergulatan berbagai teori. Kalau melihat benang merah sejarahnya maka ideologi ini
diilhami semangat gerakan aufklaerung (pencerahan) yang memberi tempat utama
bagi akal budi dan kebebasan individu dalam bidang politik-ekonomi, ilmu pengetahuan,
budaya, dan tindakan-keyakinan spiritual. Tidak boleh ada satupun otoritas yang berhak membelenggu
kebebasan selain keterbatasan manusia dan kuasa alam. Bahkan alam dipandang
sebagai obyek yang harus dikuasai demi kepentingan manusia bersenjatakan ilmu
pengetahuan. Kalaupun negara merupakan salah satu otoritas dalam penataan
masyarakat secara normatif (fungsi negara pada dimensi hukum) dan panataan masyarakat
efektif (fungsi negara pada dimensi politik-ekonomi) maka negara wajib menjamin
kebebasan warganya. Revolusi Perancis pada abad XVII mendorong
lebih kencang lagi tuntutan akan kebebasan apalagi dengan semboyannya liberte,
egalite, dan fraternite. Gema revolusi ini akhirnya melanda eropa
dan sempat mengancam otoritas-otoritas lama yang dirasakan mengekang kebebasan.
Semangat kebebasan yang digenggam Revolusi Perancis
sesungguhnya adalah bersumber dari semangat kaum borjuis dalam bidang ekonomi
dan semangat kebebasan kaum cendekiawan dalam menelurkan gagasan-gagasannya.
Di bidang ekonomi lahirlah kapitalisme.
Sepertinya kebebasan di bidang ekonomi ini adalah sistem politik ekonomi yang
dibanding ekonomi feodalistik atau ekonomi merkantilis ternyata pekerjaan
upahan dalam ekonomi kapitalis menurut Karl Marx
(1818-1883) menjadikannya exploitatif terhadap buruh, akumulasi modal pada
pemilik dan cara produksi expansif. Kapitalisme
sejarah perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga tahap
·
Kapitalisme Awal
(1500-1750)
Kapitalisme awal
bertumpu pada industri sandang di Inggris selama abad XVI sampai abad XVIII,
ketika praktek pemintalan benang mulai menggunakan perlengkapan masin
sederhana. Meskipun menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan, namun industri
sandang di wilayah pedesaan Inggris berkembang pesat selama abad XVI dan XVII.
Penggunaan surplus sosial secara produktif merupakan prestasi istimewa yang
menjadikan kapitalisme mampu mengungguli sistem ekonomi sebelumnya. Surplus
tersebut tidak digunakan untuk membangun piramida-piramida atau katedral
lambang kemegahan feodal, melainkan dipergunakan dalam pelbagai usaha
perkapalan, pergudangan, bahan-bahan mentah, barang-barang jadi dan pelbagai
bentuk kekayaan lainnya. Dengan
demikian , surplus sosial telah berubah menjadi perluasan kapasitas produksi.
Hal ini ditopang oleh dukungan agama untuk kerja keras dan hemat, pengaruh
logam mulia dari dunia baru dan peranan negara yang membantu dan secara
langsung melakukan pembentukan modal.
·
Kapitalisme
Klasik (1750-1914)
Revolusi industri atas industri merupakan transisi dari
dominasi modal perniagaan ke dominasi modal industri atas modal perdagangan.
Penerapan praktis ilmu pengetahuan teknis didorong kapitalisme karena akumulasi
modal memungkinkan penggunaan pelbagai penemuan baru yang tidak mungkin
diwujudkan dalam masyarakat miskin. Fase kapitalisme ini memakai ideologi laissez-faire
et laissez-passer (berarti biarkan hal-hal berlangsung tanpa campur tangan,
biarkan orang berbuat sekehendak hatinya) yang diturunkan dari ajaran Adam
Smith. Sukses ekonomis melahirkan pelbagai kebijakan yang menguntungkan proses
kapitalisme itu sendiri. Pada fase ini lahir
kapitalisme liberal secara definitif.
·
Kapitalisme
Lanjut (1914 - …)
Perang Dunia I
dan diikuti depresi ekonomi dunia pada awal abad XX menggoncangkan ekonomi
kapitalis tradisional. Tantangan selanjutnya datang
dari Revolusi Bolshevik di Rusia dan perlawanan bangsa-bangsa terjajah terhadap
kolonialisme-imperialisme. Kapitalisme bisa bertahan tetapi berubah wajah
menjadi kapitalisme monopolis. Ekonom Jhon Maynard Keynes menelurkan
gagasan-gagasan yang bertentangan dengan laissez-faire et laissez-passer
dan ikut merubah wajah kapitalisme klasik. Negara ikut berperan dalam rangka menghidupkan gairah
berusaha dan melindungi usaha dalam negeri masing-masing. Penghisapan menjadi berjenjang, negara-negara pusat
(negara maju) menghisap negara peripheral dan negara peripheral menghisap
negara very peripheral. Di negara-negara maju muncul negara-negara
kesejahteraan.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan dan
ketatanegaraan yang diusung liberalisme. Namun demokrasi juga banyak diklaim
negara-negar non liberal macam Negara-Negara komunis dengan sentralisme demokrasi
(demokrasi terpimpin) hanya saja dalam ciri yang paling umum dari demokrasi
liberal adalah kebebasan individu yang sangat utama. Trias politika benar-benar
dijalankan dengan konsekuen dengan adanya pemisahan yang tegas antara lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif. (BARU SAMPAI DISINI MEMBACA)
B.
SOSIALISME
Sosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak
ratusan tahun yang lalu. Sosialisme sendiri berasal dari bahasa Latin yakni socius
(teman). Jadi sosialisme merujuk kepada pengaturan atas dasar prinsip
pengendalian modal, produksi dan kekayaan oleh kelompok. Istilah
sosialisme pertama kali dipakai di Prancis pada tahun 1831 dalam sebuah artikel
tanpa judul oleh Alexander Vinet. Pada masa ini istilah sosialisme
digunakan untuk pembedaan dengan indvidualisme, terutama oleh pengikut-pengikut
Saint-Simon, bapak pendiri sosialisme Prancis. Saint-Simon lah yang
menganjurkan pembaruan pemerintahan yang bermaksud mengembalikan harmoni pada
masyarakat.
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels
mencetuskan apa yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk membedakan
diri dengan sosialisme yang berkembang sebelumnya. Marx dan Engels menyebut
sosialisme tersebut dengan sosialisme utopia, artinya sosialisme yang
hanya didasari impian belaka tanpa kerangka rasional untuk menjalankan dan
mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa
tesis untuk membedakan antara sosialisme dan komunisme. Menurut mereka,
sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat untuk mencapai komunisme.
Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa kelas adalah tujuan akhir
sejarah. Konsekwensinya, tahap sosialisme adalah tahap kediktatoran rakyat
untuk mencapai komunisme, seperti halnya pendapat Lenin yang mengatakan bahwa
Uni Sovyet berada dalam tahap sosialisme.
Mateialisme Dialektik. Filsafat Hegel yang begitu ideal bahkan mencapai
pengetahuan yang absolut sedemikian sehingga saat itu filsafat identitas Hegel
seakan menjadi puncak dan akhir filsafat, tetapi kenapa tidak pernah bisa
dipraktekkan di Negara Prussia yang reaksioner. Marx memandang bahwa filsafat
Hegel tidak bersifat praxis karena karena hanya selesai dan bersifat total di
alam fikiran dan tidak menyentuh realitas. Pengetahuan absolut Hegel pun
menjadi sebab, bahwa ketika semua realitas sudah difahami, dimengerti dan
dimaafkan karena aku berada bersama realitas, tentu saja ketidakadilan dan
penindasanpun akan dibiarkan. Kegeraman Marx mendapat tempat ketika mendapati
tulisan Ludwig Feurbach “The Essence of Christianity” yang mengemukakan
tentang materialisme berlawanan dengan Hegel yang idealis. Feurbach beranggapan
bahwa manusialah yang nyata dan bukan ruh dunia-nya Hegel. Dari materialisme
Feurbach dan metode dialektika Hegel, Marx mendasari alam filsafatnya, materialisme
dialektika. Sebagaimana diterangkan D. N Aidit (1963), Engels
mensistematikan filsafat Marx menjadi Materialisme Dialektik. Ada
beberapa hal yang terkandung dalam Materialisme Dialektik ini. Pertama, sebagai
materialisme, materialisme dialektik menyatakan 3 hal yaitu : (1) Pengetahuan
kita tidak menciptakan dunia luar yang kita lihat melainkan hanya mencerminkan
melalui panca indera kita, (2) Tidak ada Tuhan dan materi itu abadi-jadi
meterialisme yang bersifat Atheis, (3) Dalam manusia badan merupakan primer dan
roh sekunder.Kedua sebagai dialektika, materialisme dialektik juga
menyatakan 3 hal pokok, yaitu : (1) Hukum persatuan dan perjuangan unsur-unsur
yang saling bertentangan., (2) Hukum loncatan dialektik atau perubahan dari
kuantitatif ke kualitatif, (3) Hukum negasi dari negasi (apa yang dinegasi atau
ditolak tidak begitu saja ditiadakan).
Dalam perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20,
sosialisme memiliki beberapa cabang gagasan. Secara kasar pembagian tersebut
terdiri dari pertama adalah Sosialisme Demokrasi, kedua adalah Marxisme
Leninisme, Ketiga adalah anarkisme dan sindikalisme. Harus diakui
bahwa pembagian ini sangatlah sederhana mengingat begitu banyak varian sosialisme
yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Sebagai contoh Marxisme yang di
satu sisi dalam penafsiran Lenin menjadi Komunisme dan berkembang menjadi
Stalinisme dan Maoisme. Disisi lain Marxisme berkembang menjadi gerakan Kiri
Baru dalam pemahaman para pemikir seperti Herbert Marcuse di era 1970-an.
Sama halnya dengan anarkisme yang terpecah menjadi beberapa aliran besar
seperti anarkisme mutualis dengan bapak pendirinya yakni P J Proudhon
dan anarkis kolektivis seperti Mikhail Bakunin. Anarkisme juga
memberi angin bagi tumbuhnya gerakan gerakan sindikalis yang menguasai
banyak pabrik di Barcelona semasa Perang Saudara Spanyol 1936-1939.
Hingga saat ini, partai-partai Sosial Demokrat masih
tetap berdiri seperti halnya di Eropa seperti Jerman, Belanda, Norwegia dan
Prancis. Beberapa yang menganut sosialisme juga seperti halnya partai-partai
buruh seperti di Inggris dan Itali. Partai-partai Komunis banyak yang
membubarkan diri atau bertahan dengan berganti nama dan mencoba untuk tetap
hidup dengan ikut pemilu di negara-negara Eropa Timur setelah runtuhnya Uni
Sovyet. Beberapa diantaranya bahkan bisa berkuasa kembali seperti di Polandia
dan Ceko dengan jalan yang demokratis.
Kegagalan Marxisme
Banyak diantara para pemikir sosialis maupun praktisi
gerakan gerakan sosialisme masih mengandalkan Marxisme sebagai dasar pemikiran
maupun gerakannya. Ada yang menggunakan Marxisme secara kritis akan tetapi ada
juga yang secara dogmatis memujanya habis habisan hingga saat ini.
Kecenderungan-kecenderungan demikian terjadi tidak hanya di negara-negara Eropa
akan tetapi juga di negara-negara dunia ketiga seperti halnya
Indonesia. Di Eropa, Marxisme digunakan sebagai alat analisa pemikiran, artinya
peran Marxisme lebih berlaku pada perdebatan-perdebatan intelektual filsafat
dalam melahirkan berbagai varian-varian baru. Sementara di negara-negara dunia
ketiga dimana tingkat kegiatan praksis sosialisme lebih berjalan, Marxisme
masih menjadi ideologi dasar dan terutama bagi mereka yang baru saja lepas dari
kungkungan rezim otoriter militeristik dimana Marxisme masih memukau seperti
‘menemukan air ditengah dahaga ideologi’ dengan teori-teori pembebasannya.
Harus diakui bahwa hampir satu abad Marxisme memberi
kontribusi baik maupun buruk yang tak terhingga kepada dunia. Marxisme memberi
peringatan kepada kita tentang bahaya kapitalisme industri dan menyadarkan kita
tentang pentingnya kebersamaan manusia secara kolektif. Meski demikian,
Marxisme gagal untuk membuktikan teori-teorinya dan gagal pula didalam
tingkatan yang lebih kongkret. Bubarnya Uni Sovyet, yang dikatakan masih berada
dalam fase sosialis menuju masyarakat komunis adalah kegagalan Marxisme pada
tingkatan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa Marxisme gagal baik secara teori
maupun prakteknya.
Kegagalan teoritis Marxisme yang pertama adalah
tentang teori nilai lebih. Marx menafisrkan kapitalisme dengan teori lebih
kerja sebagai suatu sistem eksploitasi kelas buruh oleh kaum kapitalis. Kaum
kapitalis menyimpan bagi dirinya sendiri nilai lebih itu yang dihasilkan oleh
kaum pekerja. Akumulasi dan konsentrasi kekayaan dalam tangan kelompok
kapitalis yang jumlahnya semakin kecil, bersama dengan hukum kemunduran tingkat
keuntungan, menuju kepada kehancuran diri sistem eksploitasi tersebut. Pada
akhirnya menurut Marx, akan terjadi pengambil alihan oleh kelas buruh. Artinya
kelas buruh (proletariat) memegang kendali sarana produksi dan untuk membangun
kediktaturan proletariat sebagai tahap awal transisi menuju masyarakat tanpa
kelas. Hal ini gagal karena kapitalisme tidaklah menyusut hingga masa sekarang.
Kapitalisme sendiri bisa menyesuaikan perkembangan dengan memberi tuntutan
tuntutan buruhnya di bawah standar. Hal ini terlihat seperti di Indonesia, kaum
pekerja terjebak dan larut dalam tuntutan-tuntutan upah minimum yang memang di
rekayasa olah para kapitalis. Kaum buruh pun tidak pernah terjadi untuk
mengambil alih kepemilikan kaum kapitalis secara ekonomis mengingat
factor-faktor sekunder seperti politik memang tidak pernah diperhitungkan
secara jelas dalam Marxisme.
Kegagalan Marxisme yang kedua adalah klaim tentang
sosialisme ilmiah itu sendiri. Marx memang menolak sosialisme bentuk lama yang
dikatakan utopis dan mencoba memberi kerangka rasional dalam gagasannya. Akan
tetapi Marxisme juga tenggelam dalam mimpi utopiannya sendiri tentang
masyarakat tanpa kelas. Mengapa? Sebab penentuan cita-cita akhir, bagaimanapun
hakekatnya bertentangan langsung dengan prinsip dialektis yang didengungkan
oleh Marx sendiri.
Kegagalan Marxisme yang ketiga adalah pemahaman
yang dilanjutkan oleh Lenin dan Stalin telah berubah menjadi suatu kolektivisme
sempit. Produksi barang material tidak lagi diarahkan kepada peningkatan keberadaan
personal, melainkan kepada pertumbuhan kekuasaan kolektif tersebut. Bukti
paling kongkret dari kegagalan kegagalan diatas adalah bubarnya negara Uni
Sovyet yang selama 70 tahun lebih memakan korban jutaan warganya. Prinsip
sosialisme sebagai kebersamaan sangatlah penting, meski demikian kita juga
tidak bisa mengingkari hak-hak azasi yang paling pribadi sebagai manusia dalam
kerangka nilai etis. Fase kediktaturan proletarian yang sama otoriternya dengan
fasisme jelas tidak bisa diterima bahkan oleh warganya sekalipun.
C.
ANARKISME
Anarkisme sendiri sering disalahartikan sebagai kekacauan
(chaos) yang berdampak penghancuran kepada masyarakat. Hal ini dimaklumi bahwa
orang jarang mengenal gagasan-gagasan anarkisme yang dibawa oleh Pierre
Joseph Proudhon, Mikhail Bakunin, Piotr Kropotkin dan lainnya. Ini disebabkan anarkisme memang bukan ideologi
terstruktur seperti halnya sosialisme atau komunisme. Pada awal abad ke-19
anarkisme tumbuh dan menjadi lawan bagi Marxisme, karena klaim anarkisme yang
libertarian berhadapan dengan Marxisme yang otoriterian. Baik anarkisme maupun
Marxisme pada masa itu sepakat bahwa sebuah revolusi dibutuhkan untuk
menumbangkan pemerintah borjuis. Akan tetapi para pengikut Marx menginginkan Negara
digunakan sebagai sarana kediktatoran proletariat dan baru akan dibubarkan bila
fase komunisme yakni masyarakat tanpa kelas sudah terwujud. Kaum anarkis justru
menginginkan Negara harus dibubarkan sedari awal. Mereka berkeyakinan bahwa
pengambil alihan kekuasaan dengan membiarkan Negara berdiri hanya akan
melestarikan dan membuat kekuasaan yang jauh lebih sulit untuk ditumbangkan.
Kaum anarkis mengkiaskan negara sebagai polisi (instrumen pemaksa).
Inti pandangan anarkisme adalah keunggulan individu dan
kebaikan otonomi moral, dan dalam pandangan ini kaum anarkis menyimpulkan bahwa
hanya individu yang bear-benar bebas yang akan melahirkan moralitas yang
bernilai dan layak dihormati. Menurut Kropotkin (1842-1921), pekerjaan adalah
kebiasaan, berpangku tangan adalah pertumbuhan semu, pendek kata, manusia tak
perlu dipaksa untuk menjalankan kesepakatan yang diawali secara bebas. Setiap
orang memiliki kesempatan untuk menjalankan pekerjaan apapun yang sesuai dengan
bakat dan kecenderungan alami mereka. Manfaat dinilai berdasarkan keinginan
untuk berguna secara sosial. Lakukan sesuatu kepada orang lain seperti apa
yang Anda ingin orang lain melakukannya untuk Anda. Walau berpendapat
“kepemilikan adalah pencurian”, Proudhon mendukung kepemilikan pribadi. Lebih
lanjut William Godwin (1756-1836) menyimpulkan bahwa kepemilikan harus
didstribusikan sesuai dengan klaim kebutuhan (pemerataan kekayaan).
Menurut kaum anarkis, demokrasi adalah hal yang terbaik
diantara semua yang terburuk. Demokrasi, kalau pun mau digunakan, haruslah
dalam bentuk langsung dan partisipatoris. Artinya, demokrasi yang benar-benar
melibatkan seluruh peran warga masyarakat dalam menjalan fungsinya. Anarkisme
memberikan kritik terhadap demokrasi --khususnya seperti yang diungkapkan oleh
George Woodcock (1912-…) dan Noam Chomsky pada dekade akhir abad ke-20--. Pertama,
pemilu sebagai sarana demokrasi dianggap melenyapkan hak-hak individu. Sebagai
contoh, orang akan memilih wakil wakilnya yang tidak dikenal dan belum tentu
menjalankan aspirasi si pemilih. Hal ini akan terus berulang dalam setiap
pemilu berikutnya dan menjadi suatu kebiasaan yang buruk bagi kesadaran setiap
orang. Oleh karena itu kaum anarkis menolak bentuk perwakilan
(representation) dan menyukai bentuk pendelegasian bagi setiap keputusan
atau kepentingan karena dirasa lebih menyeluruh. Kritik kedua, demokrasi
mengandung ancaman berupa kediktaturan mayoritas. Bagi kaum anarkis tidak ada
jaminan bagi para pemeluk demokrasi terhadap golongan minoritas atau kelompok
kecil. Hal ini seringkali terjadi berupa pengabaian hak-hak minoritas suara
baik dalam bentuk populasi suku, agama, ras, maupun kebudayaan. Kritik ketiga,
demokrasi mengandung bahaya kongkret yakni diterimanya kembali
kelompok-kelompok otoriterian seperti partai komunis untuk mendapat peluang
menang secara demokratis dalam pemilu. Hal ini terbukti dalam pemilu di
Polandia dan Ceko dimana partai komunis kembali memerintah dengan suara
mayoritas. Jika demikian, ancaman yang akan terjadi adalah penumbangan
demokrasi itu sendiri oleh kelompok-kelompok otoriterian.
Anarkisme terpecah menjadi beberapa aliran besar seperti anarkisme
mutualis dengan bapak pendirinya yakni P J Proudhon (1809-1865) dan Piort
Kropotkin (1842-1921), anarkis kolektivis seperti Mikhail Bakunin
(1814-1876), anarko-kapitalisme yang diusung oleh kaum
anarkis Amerika yaitu Benyamin Tucker (1854-1939) dan Lysander Spooner
(1808-1887). Anarkisme juga memberi angin bagi tumbuhnya gerakan
gerakan sindikalis yang menguasai banyak pabrik di Barcelona semasa
Perang Saudara Spanyol 1936-1939. Sebagai sebuah gerakan massa/revolusi
anarkisme telah mati. Namun, sebagai kelompok atau jaringan masih hidup sampai
sekarang. Di Inggris, misalnya, Class War (organisasi kaum anarkis yang lebih
dipengaruhi oleh subkultur punk dengan kampanyenya yang terkenal “Hantam
Si Kaya” (Bash the Rich). Juga muncul kaun anarkis “jaringan” seperti
Earth First (komunitas aksi langsung pecinta lingkungan). Kelompok musik pp
Chumbawamba menyatakan diri sebagai anarkis, pernah menjadi berita utama di
media karena melempar seember air kepada Deputi Perdana Menteri Inggris, John
Prescott, pada tahun 1998. Semangat anarkis paling tidak masih bertahan.
Komentar
Posting Komentar